Kalau Anda perhatikan, communal living sedang menjamur di kota-kota besar Indonesia. Anda dapat menemukan iklan yang menawarkan co-living Jakarta atau co-living Depok dengan mudah di media sosial. Co-living adalah fenomena di mana individu berbagi tempat tinggal dengan anggota komunitas lainnya.
Dalam artikel ini, Anda bisa belajar lebih banyak tentang konsep communal living serta mengetahui manfaat dan kekurangannya. Dengan demikian, Anda bisa mempertimbangkan apakah co-living merupakan pilihan tempat tinggal yang cocok untuk Anda.
Apa Itu Co-Living?
Co-living artinya sebuah konsep di mana sekelompok orang memilih untuk tinggal bersama dalam suatu tempat atau lingkungan tertentu.[1] Mereka kemudian berbagi berbagai fasilitas, sumber daya, dan tanggung jawab sehari-hari.
Ide di balik gaya hidup modern ini adalah untuk menciptakan komunitas yang kuat di antara anggotanya, meningkatkan keterlibatan sosial, dan berbagi beban hidup sehari-hari seperti memasak, bersih-bersih, dan mengurus tugas rumah tangga lainnya.
Meskipun konsep co-living dan tinggal di kos-kosan sekilas terdengar mirip, ada beberapa perbedaan utama antara keduanya.
Dalam communal living, properti atau rumah dimiliki atau disewa oleh sekelompok orang yang tinggal di dalamnya bersama-sama. Mereka berbagi kepemilikan atau sewa properti serta berbagi tanggung jawab finansial untuk biaya-biaya seperti sewa dan pemeliharaan properti.
Di kost, properti umumnya dimiliki atau disewakan oleh satu atau beberapa pemilik tunggal yang menyewakan kamar atau unit individu kepada penyewa. Setiap penyewa membayar biaya sewa secara terpisah dan memiliki ruang pribadi mereka.
Selain itu, anggota komunitas dari co-living seringkali berbagi tanggung jawab sehari-hari, mulai dari memasak sampai mengelola urusan rumah tangga lainnya.
Di sisi lain, setiap penyewa kos-kosan bertanggung jawab atas perawatan dan pemeliharaan kamar atau unit mereka sendiri. Mereka juga tidak memiliki tanggung jawab bersama dalam mengelola kebutuhan rumah tangga.
Jadi, meskipun keduanya terlihat sama, ada perbedaan signifikan dalam kepemilikan properti, tingkat privasi, dan pembagian tanggung jawab di balik co-living dan menjadi tenant kost.
Banyak kawula muda saat ini tertarik untuk menjadi bagian dari co-living. Alasan pertama yakni karena harga sewa yang terjangkau.
Ditambah lagi, communal living memungkinkan individu untuk membentuk komunitas yang kuat dan suportif. Lingkungan semacam ini dapat membantu mengatasi perasaan isolasi sosial yang mungkin dialami oleh beberapa anak muda, terutama di lingkungan perkotaan yang besar.
Manfaat Co-Living
Sebetulnya, ada banyak manfaat yang bisa Anda peroleh dari communal living. Akan tetapi, manfaat ini bervariasi, tergantung pada dinamika dan tujuan komunitas tertentu. Berikut adalah beberapa manfaat umum dari co-living:
1. Hemat Biaya
Dengan hidup dalam komunitas komunal, Anda akan berbagi biaya-biaya tertentu dengan anggota komunitas Anda. Pertama, Anda tidak perlu membayar sewa atau biaya hipotek penuh untuk rumah atau unit tempat tinggal Anda karena biaya tersebut akan dibagi dengan anggota komunitas.
Misalnya, jika lima orang menyewa sebuah rumah dalam komunitas, maka kelima orang itu akan menanggung biaya sewa tersebut. Alhasil, setiap individu akan membayar lebih sedikit daripada jika mereka menyewa rumah sendiri.
Biaya utilitas seperti listrik, air, gas, dan internet juga dapat dibagi dengan anggota komunitas.
Tidak hanya itu, co-living biasanya memiliki peralatan dan fasilitas bersama, seperti mesin cuci, kompor, atau peralatan olahraga. Dengan berbagi penggunaan alat-alat ini, Anda tidak perlu membeli semuanya sendiri apalagi membayar membership tambahan untuk fasilitas tertentu.
2. Kesehatan Mental
Co-living dapat membawa dampak positif pada kesehatan mental Anda melalui dukungan sosial dan perasaan kebersamaan dalam komunitas. Dalam komunitas komunal, Anda akan terhubung ke teman-teman dan sesama anggota komunitas yang siap memberikan dukungan emosional.
Ketika Anda menghadapi stres, kecemasan, atau masalah pribadi, Anda dapat berbicara dengan mereka dan mendapatkan dukungan serta pemahaman dari mereka. Ini dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan isolasi yang dapat memengaruhi kesehatan mental.
Hidup bersama dalam komunitas juga berarti Anda memiliki lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi sosial. Dengan demikian, Anda dapat membangun hubungan yang lebih dekat dengan orang lain. Perasaan terhubung ini dapat meningkatkan kesejahteraan mental Anda.
3. Keamanan dan Kepercayaan
Kehadiran anggota komunitas di sekitar Anda dapat menciptakan perasaan keamanan emosional. Anda tahu bahwa ada orang yang peduli tentang kesejahteraan Anda dan dapat memberikan dukungan saat Anda butuh.
Di samping itu, kehadiran anggota komunitas juga dapat memberikan perasaan keamanan fisik karena ada langkah preventif terhadap tindakan kriminal atau intrusi yang tidak diinginkan.
Yang tidak kalah penting adalah Anda dapat memperoleh bantuan dalam situasi darurat atau ketika Anda membutuhkan dukungan fisik, misalnya saat Anda jatuh sakit atau mengalami cedera.
Kekurangan Co-Living
Seperti halnya dengan hampir semua pilihan tempat tinggal, communal living juga memiliki kekurangan yang perlu Anda pertimbangkan, seperti:
1. Konflik Antaranggota
Ketika sejumlah orang hidup bersama, sangat mungkin terjadi konflik antaranggota.
Setiap anggota komunitas pasti memiliki nilai-nilai, keyakinan, atau prinsip yang berbeda. Perbedaan ini dapat mencakup masalah seperti agama, politik, atau etika. Jika anggota komunitas memiliki nilai-nilai yang bertentangan, hal ini dapat memicu konflik.
Tidak hanya itu, setiap orang juga memiliki kebiasaan hidup yang berbeda-beda, seperti kebiasaan tidur, pola makan, atau cara mereka menjaga kebersihan. Ketika anggota komunitas memiliki kebiasaan yang bertentangan, Anda mungkin dapat merasa tidak nyaman.
2. Kurangnya Privasi
Ketika Anda tinggal dalam co-living, Anda cenderung memiliki lebih sedikit privasi dibandingkan dengan jika Anda tinggal sendiri. Ini karena ada lebih banyak orang yang tinggal dalam satu area atau rumah yang sama.
Karena itu, Anda mungkin harus berbagi akses ke ruang umum dan merasa kurangnya privasi dalam penggunaan ruang ini.
Di samping itu, communal living mendorong interaksi sosial yang tinggi antara anggota. Orang-orang yang lebih suka waktu sendiri seperti introvert mungkin merasa tidak nyaman dengan tingkat interaksi yang tinggi ini.
Tidak hanya itu, karena banyaknya kegiatan atau tugas yang harus dilakukan bersama, Anda kemungkinan akan memiliki lebih sedikit waktu untuk diri sendiri.
3. Kesulitan Menyesuaikan Diri
Tidak semua orang merasa nyaman atau mudah beradaptasi dengan gaya hidup komunal, terlebih jika Anda terbiasa hidup sendiri.
Anda mungkin lebih suka mengambil keputusan secara mandiri dan menjalani rutinitas yang sesuai dengan preferensi pribadi. Sementara itu, dalam co-living, Anda harus berbagi keputusan dan ruang dengan orang lain. Hal ini mungkin bisa mengganggu rasa independensi Anda.
Selain itu, orang yang terbiasa dengan privasi tinggi mungkin merasa sulit beradaptasi dengan co-living. Ini lantaran mereka memiliki lebih sedikit ruang pribadi. Akibatnya, rasa tidak nyaman karena kehilangan privasi dapat muncul.
Kesimpulan
Walaupun co-living sedang tren, penting untuk mencari pilihan tempat tinggal yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhan pribadi Anda. Pilihan tempat tinggal haruslah mencerminkan gaya hidup, nilai-nilai, dan preferensi Anda secara keseluruhan.
Wiraland, pengembang properti terpercaya, menghadirkan solusi hunian ideal untuk individu yang ingin hidup mandiri. Temukan hunian berkualitas dengan fasilitas modern di sini. Segera hubungi kami untuk informasi lebih lanjut tentang properti terbaru kami.
Akhir kata, co-living adalah pilihan tempat tinggal kekinian bagi mereka yang mendambakan rasa kebersamaan yang kuat dan biaya sewa terjangkau. Semoga artikel ini dapat memberikan Anda wawasan tentang manfaat dan kekurangan dari communal living.