Bank Indonesia (BI) memastikan telah mengerek nilai suku bunga hingga menjadi 6,25 persen, baru-baru ini. Kenaikan BI rate membuat Gen-Z makin sulit membeli rumah. Lantas, adakah cara dan solusi agar mereka bisa memiliki hunian pribadi?
Kenaikan BI Rate dan Dampaknya
Kenaikan suku bunga bertujuan sebagai salah satu upaya dalam memperkuat kembali nilai tukar Rupiah. Hal ini yang kemudian menjadi keputusan BI di tengah menurunnya nilai Rupiah terhadap Dolar AS. Pada 25 April lalu, Dolar mampu menembus nilai Rp16.192, atau tertinggi dalam kurun 5 bulan terakhir.
Kondisi tersebut berimbas pada impor sejumlah komoditas dan energi yang biayanya semakin tinggi. Kemudian, berdampak pada kenaikan sejumlah harga. Lewat upaya tersebut, BI berharap Rupiah akan kembali menguat. Terutama pada kuartal 2 dan 3 pada periode 2024 ini.
Namun, suku bunga BI meningkat pada level paling tinggi sejak 2016 ini menjadi kabar buruk untuk banyak pihak. Ada imbas negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan tekanan terhadap investasi perbankan.
Kemudian pengaruh terhadap individu yakni mulai dari debitur yang sedang memasuki masa pembayaran angsuran dengan bunga mengambang.
Demikian juga dengan pelaku usaha yang sedang mempertimbangkan pengajuan pendanaan ke bank. Hal tersebut tentunya akan semakin menyulitkan mereka dalam memperoleh persetujuan.
Kondisi ini juga memicu lambatnya konsumsi pada rumah tangga. Padahal, konsumsi pada lini tersebut telah menyumbang 50 persen pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Dampak Kenaikan BI Rate pada KPR dan Gen Z
Kondisi ini juga berdampak pada lini Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). Ketika terjadi kenaikan, maka suku bunga KPR pun mengalami lonjakan yang sama.
Debitur pun harus membayar angsuran bulanan yang lebih tinggi karena tingginya suku bunga tersebut. Padahal produk semacam KPR yang terdampak kondisi ini adalah produk suku bunga mengambang. Alias, mengikuti pasaran suku bunga yang berlaku.
Produk semacam ini cukup marak di Tanah Air. Besaran angsuran mengikuti acuan BI atau kebijakan dari bank.
Hal ini memang sulit untuk ditebak, dan cenderung dapat melambung kapan saja. Maka, para debitur pun wajib melakukan pemantauan terhadap segala perubahan yang ada. Dengan begitu, akan dapat menyiapkan anggaran demi melakukan pemenuhan angsuran bulanan.
Di sisi lain, kondisi ini juga semakin menyulitkan generasi saat ini yakni Milenial dan Gen-Z untuk membeli tempat tinggal pribadi. Naiknya bunga kredit KPR akan menjadi hambatan sehingga mereka susah beli rumah.
Bunga mengambang akan semakin tinggi dan bisa mencekik finansial seseorang. Alhasil angsuran semakin berat dan menjadi beban yang besar. Padahal, mayoritas penduduk Indonesia adalah kaum kelas menengah dan bawah.
Sementara, Gen Z dan Milenial yang selama ini kerap mengalami kendala untuk kepemilikan rumah, maka akan semakin terjepit. Di tengah keraguan dari diri mereka sendiri apakah memiliki bekal finansial yang kuat, ternyata suku bunga kredit ikut melejit. Hal ini semakin membuat Gen Z susah beli rumah.
Kondisi tersebut diperkuat dengan adanya fakta yang diungkap oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Berdasarkan data yang ada, mereka mencatat sekitar 81 juta generasi milenial di Indonesia belum memiliki tempat tinggal sendiri.
Solusi untuk Gen Z
Gen Z sejatinya membutuhkan fasilitas tempat tinggal agar tidak menjadi generasi yang apatis, atau tidak peduli terhadap lingkungan sekitar. Hanya saja, ketersediaan hunian dengan harga yang terjangkau justru makin sulit lantaran adanya kebijakan pajak pemerintah, hingga kenaikan BI rate.
Pasalnya, harga hunian yang sulit terjangkau oleh kemampuan finansial generasi tersebut bisa membentuk sebuah perilaku. Yakni, perilaku yang cenderung ke arah acuh, tidak peduli dan apatis pada masyarakat.
Kondisi ini juga diperburuk dengan fakta bahwa Gen Z kerap hidup nomaden, dengan berpindah lokasi kerja dari kota berbeda. Kemudian, banyak dari mereka yang belum memiliki intensif untuk kebutuhan hunian sebagai tempat tinggal.
Fakta-fakta di atas menjadi bukti bahwa membeli hunian bukanlah sesuatu yang sederhana untuk golongan anak muda. Meski begitu bukan berarti mereka tidak bisa melakukannya. Lantas, bagaimana caranya?
Tetapkan Target
Hal pertama adalah menentukan target untuk tabungan. Anda perlu tahu seberapa besar kebutuhan anggaran untuk membeli hunian. Sehingga, Anda dapat menyesuaikan dengan penghasilan yang Anda dapatkan setiap bulan.
Namun, harga hunian terus mengalami kenaikan setiap tahun. Ada baiknya Anda juga menghitung potensi tersebut agar Anda tetap dapat mengejar nilai hunian idaman.
Disiplin Sisihkan Penghasilan
Anda bisa menyisihkan sebagian pendapatan agar memiliki bekal dana untuk membeli hunian. Jika Anda disiplin menerapkan kebiasaan ini, maka Anda akan menuai hasilnya di masa depan.
Caranya adalah dengan menentukan besaran uang yang akan Anda simpan sejak awal. Lalu, memisahkannya dengan membuat rekening yang berbeda. Jika Anda memanfaatkan keberadaan dua rekening ini, maka akan membuat pengeluaran Anda lebih terkontrol dan tidak keluar dari rencana awal.
Kurangi Gaya Hidup Konsumtif
Jika Anda masih suka dengan kegiatan foya-foya yang kurang bermanfaat, ada baiknya untuk mengurangi dan menghentikannya sekarang juga. Pola hidup semacam itu pada akhirnya hanya akan menghambat konsumtif langkah untuk menabung. Ini menjadi salah satu alasan kenapa Gen Z susah beli rumah.
Saat Anda sudah punya target untuk membeli hunian, maka kontrol pengeluaran dan catat secara rinci. Jangan gunakan uang hanya karena keinginan, namun sesuai kebutuhan saja.
Cari Penghasilan Tambahan
Selain rajin mengumpulkan dari pendapatan pokok, Anda juga bisa mencoba mendapatkan penghasilan tambahan agar memperlancar target tabungan. Ada banyak saluran pekerjaan lepas yang bisa Anda manfaatkan. Anda tinggal menyesuaikan dengan kemampuan yang Anda miliki.
Melunasi Semua Utang
Jika Anda punya tanggungan seperti utang atau angsuran, sebaiknya tuntaskan terlebih dahulu. Keberadaan utang bisa menjadi beban yang membuat Anda semakin sulit mengatur kondisi finansial. Ketika sudah lunas, maka Anda akan semakin leluasa untuk fokus mengumpulkan dana.
Kesimpulan
Nah, selagi Anda masih berusia muda dan produktif, alangkah baiknya untuk segera mempersiapkan diri untuk dapat memiliki tempat tinggal pribadi. Hal tersebut bukannya tanpa alasan. Sebab, Anda tentunya akan memiliki keluarga dan butuh tempat untuk bernaung.
Di sisi lain, hunian juga bisa menjadi aset investasi yang kemungkinan dapat memberikan keuntungan di masa depan. Hunian yang Anda beli bisa menjadi ladang mendapatkan uang. Terlebih, nilai properti terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sehingga, Anda bisa memiliki aset yang sangat berharga.
Apabila Anda tidak menempatinya, Anda pun bisa menyewakan, sehingga akan menjadi penghasilan pasif untuk Anda.
Selama Anda masih berusia muda, masih banyak kesempatan untuk memiliki pendapatan lebih luas. Ketika usia Anda sudah bertambah, maka kemampuan produktif Anda dan energi yang Anda miliki semakin berkurang. Sehingga, fakta kenaikan BI rate membuat Gen-Z makin sulit membeli rumah bisa ditepis.
Nah, setelah dana terkumpul, Anda bisa mendapatkan hunian ideal lewat Wiraland. Tersedia berbagai unit dengan pilihan harga yang dapat menyesuaikan kantong Gen Z. Kunjungi situs wiraland.com dan dapatkan penawaran harga terbaik.