Harap Tunggu

Media - Media Detail

61% Anak Muda Susah Beli Rumah Di Indonesia, Simak Infonya

30 November 2023 - Artikel
61% Anak Muda Susah Beli Rumah Di Indonesia, Simak Infonya

Tahun 2023 ini isu mengenai anak muda susah beli rumah cukup sering didengar. Rata-rata informasi yang beredar menyatakan bahwa persentase kesulitan membeli hunian sendiri sudah melebihi 60%.

Selain anggapan mengenai gaya hidup yang hedonis, permasalahan ini tentu tidak sesederhana itu.

 

Eric Thohir Sebut 81 Juta Milenial Belum Punya Rumah

Salah satu pemicu hebohnya isu generasi milenial sulit punya rumah adalah karena pernyataan Eric Thohir pada April 2023 lalu.

Saat menemani presiden untuk peresmian apartemen milenial pada kawasan Perumnas Depok tersebut, Eric menyatakan bahwa setidaknya sebanyak 81 juta milenial masih belum punya rumah.

Di mana kalangan milenial atau Gen Z susah beli rumah tersebut  menurutnya lebih mengutamakan untuk menuruti gaya hidupnya daripada mengalokasikan pendapatan untuk membeli hunian sendiri.

Pada akhirnya, mempunyai rumah pun tidak lagi menjadi sebuah prioritas.

Pada acara Akad Massal Serentak KPR Bank BTN Tangerang pada 8 Agustus 203 lalu, ia juga menambahkan pernyataan lainnya.

Eric beranggapan bahwa generasi mudah yang berada dalam gempuran media sosial saat ini lebih memilih untuk berbelanja demi memuaskan gaya hidupnya.

Pada kesempatan itu, ia berharap agar para anak muda terancam tidak bisa beli rumah tersebut bisa segera sadar. Ia meyakini bahwa penting sekali untuk memiliki rumah sendiri di masa depan, sehingga milenial harus punya rumah.

Setelah sadar, maka sebaiknya generasi milenial atau Gen Z bisa mengurangi pengeluaran konsumtifnya.

Pernyataan Eric tersebut tentu mendatangkan  banyak pendapat di berbagai platform. Ada yang setuju, ada yang tidak. Banyak masyarakat, terutama anak muda berpendapat bahwa kesulitan membeli rumah bukan sekadar karena perilaku konsumtif.

Harga properti yang semakin tinggi, sedangkan pendapatan masih pas-pasan atau karena menjadi generasi sandwich adalah salah satu alasannya. Ada juga beranggapan bahwa bukan hanya gaya hidup yang perlu mereka ubah, namun privilege sebagai anak orang kaya untuk bisa memiliki rumah di usia muda.

Kebiasaan orang-orang kaya yang membeli properti berlebihan untuk dijual dengan harga lebih tinggi juga mendapatkan sorotan.

Meskipun pendapat milenial dalam media sosial ini benar dan masuk akal, namun perilaku konsumtif memang memiliki porsinya juga dalam hal  ini.

Di mana pernyataan tersebut dikemukakan oleh Prita Ghozie, CEO Zap Finance, sekaligus seorang influencer keuangan. 

Selain ketidakseimbangan antara kenaikan harga rumah dengan kenaikan gaji, budaya konsumtif juga mempengaruhi ketidaksiapan untuk mencanangkan masa depan, misalnya cicilan KPR.

 

61% Anak Muda Sulit Memiliki Rumah

Populix.co telah menyelenggarakan survei mengenai fenomena kesulitan milenial beli rumah tersebut.

Pada survei mereka, enam dari sepuluh anak muda dalam rentang 24 hingga 39 tahun masih belum mempunyai rumah sendiri. Di mana hasil persentase dari total responden adalah sebanyak 61%.

Berdasarkan penyebabnya, tujuh dari sepuluh anak muda mengaku masih belum memiliki kesiapan finasial untuk membeli rumahnya sendiri. Hal ini tidak mengherankan, sebab selain harganya yang mahal, rumah di Indonesia juga terus mengalami kenaikan harga.

Berdasarkan data SHPR (Survei Harga Properti Residensi), Bank Indonesia, menunjukkan bahwa harga properti tempat tinggal masih terus meningkat setiap tahunnya. [1] 

Dengan begitu, pernyataan anak muda mengenai ketidaksiapan finansial tentu masuk akal.

Kemudian sebanyak !4% anak muda merasa sulit membeli rumah karena pendapatan yang masih belum mencukupi. Di mana anggaran pendapatan masih belum mampu menutupi kebutuhan dasar dan cicilan mereka. Kemudian sebanyak 4% masih belum mempertimbangkan untuk jadi tidaknya membeli rumah,

Pada survei yang sama, Populix juga mencari tahu mengenai pertimbangan apa saja yang ditetapkan oleh anak muda ketika hendak membeli rumah.

Jawabannya, 36% memilih lokasi strategis, 29% mempertimbangkan persyaratan KPR, 17% beranggapan rumah untuk jangka panjang, 10% mempertimbangkan rekam jejak pengembang, 8% melihat tipe rumah. kemudian 11% belum menemukan rumah impiannya.

 

Potensi Anak Muda Terkena Tipu Saat Membeli Rumah

Pada pembahasan di atas, sempat disinggung mengenai reputasi pihak pengembang. Melihat persentasenya, terkesan masih banyak anak muda yang belum menjadikan pengembang sebagai patokan utama saat hendak membeli rumah baru.

Pasalnya, ada saja pihak tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan harapan anak muda untuk bisa mendapatkan hunian layak.

Misalnya saja ada pengembang yang mengimingi DP murah, di bawah 15% sesuai ketentuan baku. Namun setelah ada yang membayar DP atau mulai menyicil, pihak pengembang tidak melakukan pembangunan sama sekali.

Hal tersebut tentu tidak terjadi sekali dua kali saja, mengingat sudah banyak orang terkena modus serupa.

Oleh karena itu, penting sekali untuk menaikkan kesadaran mengenai memilih pengembang terbaik untuk rumah. Jangan sekadar tergiur dengan DP murah dan janji muluk lainnya. Pilihlah aset yang memiliki harga masuk akal, bukan sekadar murah saja.

Maka, perhatikanlah portofolio hingga reputasi baik pengembang tersebut. Cara lainnya adalah dengan memastikan bahwa mereka telah tergabung dalam Real Estate Indonesia (REI) atau Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi).

Jika Anda di kawasan Medan, maka Wiraland adalah salah satu pilihan terbaik. Pengembang properti rumah ini sudah dipercaya oleh banyak klien dengan hasil memuaskan, mulai dari administrasi hingga rumah siap huni.

 

Tips Agar Milenial Bisa Membeli Rumah Pertama

Meskipun terkesan sulit, namun memiliki rumah pertama bukan berarti mustahil bagi para milenial. Dengan usaha yang lebih dan perhitungan tepat, maka kesempatan itu bisa didapatkan.

Tips pertama untuk bisa memiliki rumah sendiri adalah dengan menetapkan budget beli rumah.  Dengan mengetahui anggaran mendapatkan rumah impian, maka para anak muda akan lebih mudah untuk menentukan target tabungannya.

Selama menabung, pastikan juga untuk menyadari bahwa harga rumah selalu naik. Dengan begitu, penting sekali untuk memperhitungkan potensi kenaikan harga tersebut di masa mendatang.

Kedua, pastikanlah menggunakan rekening bank berbeda. Setelah penghasilan disisihkan, maka simpanlah pada rekening tabungan yang berbeda, agar lebih mudah mengontrol pengeluaran.

Ketiga, mengurangi pola perilaku konsumtif. Seperti beberapa kali dibahas sebelumnya, pola perilaku konsumtif harus ditekan ketika Anda memutuskan untuk membeli rumah. Sebab, pola perilaku ini bisa menjadi penghambat utama untuk menabung.

Maka, penting sekali untuk menentukan skala prioritas ketika hendak membelanjakan pendapatan.

Keempat, lunasilah semua hutang atau kredit terlebih dahulu agar tidak mempersulit beban keuangan untuk mendapatkan rumah pertama. Ketika sudah lunas, maka akan lebih mudah menyisihkan uang untuk membeli rumah.

Terakhir, carilah pendapatan tambahan, selain gaji pokok setiap bulan. Dengan menambah penghasilan, maka waktu untuk mencapai target tabungan juga akan lebih cepat. Anda pun akhirnya bisa terhindar dari naiknya harga properti setiap tahunnya.

Terlepas dari semua realita  yang terjadi terkait anak muda susah beli rumah di Indonesia, sebenarnya masih ada harapan untuk memiliki hunian impian ini.  Namun tentu saja, targetnya harus realistis dan diiringi oleh strategi yang efektif.

Realated Media

Project Kami

Lihat Semua