Dampak positif IKN baru ramai menjadi perbincangan, terutama dari sektor perekonomian dan propertinya. Namun, pertanyaan baru muncul mengenai nasib bisnis properti Jakarta saat ibu kota negara pindah. Apakah kelak kota ini semakin sepi dan membuat harga properti Jakarta menurun?
Meskipun perpindahan ibu kota negara ke IKN Nusantara mempengaruhi Jakarta, namun dampaknya ternyata tidak terlalu signifikan dalam bidang properti. Dengan begitu, tidak ada perubahan berarti dari segi harga lahan ataupun perumahan di Jakarta.
Perpindahan Ibu kota Belum Berdampak Signifikan Pada Bisnis Properti
Pada 25 Juli 2023 lalu telah berlangsung Jakarta Property Market Overview Q2 2023. Di mana pada kesempatan tersebut, isu ibu kota Nusantara dan hubungannya dengan kondisi properti Jakarta turut menjadi pembahasan.
Terdapat kekhawatiran pelaku properti bahwa manfaat pemindahan ibu kota negara ke IKN hanya menguntungkan pihak di sekitar sana, sedangkan bisnis properti di Jakarta anjlok.
Untuk menjawab kerisauan itu, Yunus Karim selaku Head Research JLL Indonesia memberikan pernyataannya melalui konferensi pers. Yunus menyatakan bahwa perpindahan ibu kota negara belum tentu memberikan pengaruh terhadap pasar dan bisnis properti Jakarta, terutama apartemen.
Dia menyatakan bahwa aspek yang perlu diperhatikan adalah seberapa banyak warga yang pindah ke IKN dan menghuni salah satu perumahan di ibu kota baru.
Terlebih dengan pemindahan fungsi ibu kota yang berlangsung secara bertahap setiap tahunnya, maka dalam jangka waktu pendek tidak ada potensi anjloknya bisnis tersebut secara signifikan.
Meskipun jika melihat penjualan kumulatif berbagai apartemen di Jakarta masih stuck di angka 61%, namun persentase tersebut masih berada dalam jangkauan normal. Karena selama empat hingga lima tahun terakhir, angka penjualannya memang berada di kisaran tersebut.
Sebagai kota yang masih menjadi incaran banyak orang, Jakarta tidak hanya mengandalkan branding sebagai kota yang menjadi pusat administratif Indonesia. Daya tariknya juga terletak pada bisnis, perhotelan, serta hiburan.
Jadi, ketika title ibu kota negaranya berpindah, Jakarta tidak otomatis kehilangan pesonanya.
Harga Tanah dan Properti Jakarta Tetap Mahal
Sekali pun ibu kota negara pindah dan beberapa penduduk ikut serta “hijrah”, tidak lantas membuat harga tanah maupun bangunan menurun.
Misalnya saja harga tanah Jakarta yang tetap sulit untuk turun di tengah isu IKN. Pasalnya Jakarta telah didesain dan memang terkenal sebagai pusat komersial. Sementara IKN berfokus sebagai kota untuk menyelenggarakan administrasi negara.
Jika di Medan Wiraland yang bertugas sebagai pengembang properti rumah masih dapat menjalankan bisnisnya dengan baik. Bahkan, dengan keandalan dalam pengerjaannya, berhasil menyelesaikan beberapa proyek dengan baik. Begitu pun di pengembang properti yang ada di Jakarta. Para pengembang perumahan di Jakarta sejatinya tidak akan terlalu mendapatkan pengaruh. Ini dilandasi karena harga tanah dan properti yang tidak mengalami perubahan signifikan pada kota komersial ini.
Dengan pengembangan infrastruktur yang kian masif, maka perkembangan bisnis di kota ini justru semakin berkembang. Di mana orang-orang yang merantau atau dari sekitar Jabodetabek masih akan beraktivitas di sini.
Contoh nyata tidak berpengaruhnya perpindahan ibu kota dapat dilihat di Negara Malaysia. Di mana Kuala Lumpur yang masih mampu mempertahankan daya tariknya sebagai pusat bisnis dan wisata, sekali pun ibu kota pemerintahan berpindah ke Putrajaya.
Kekhawatiran para pengusaha properti mengenai IKN ini semakin tidak beralasan ketika Presiden Jokowi telah memberikan pernyataan mengenai hal tersebut.
Dalam sambutannya pada Pembukaan Muktamar XVIII PP Pemuda Muhammadiyah 2023 di Februari 2023 lalu., Jokowi menyatakan Jakarta akan terus mendapat perbaikan.
Ia menyampaikan bahwa Nusantara akan berperan sebagai kota pemerintahan, sedangkan Jakarta sebagai kota ekonomi dan pariwisata.
Perpindahan ibu kota ke Nusantara juga menjadi solusi karena Jawa masih menjadi pusat berbagai kegiatan.
Sektor Properti Masih Menjadi Andalan di Jakarta
Karena difokuskan sebagai kota ekonomi dan pariwisata, maka properti di Jakarta masih terus menarik minat investor. Selain para pekerja yang menetap, wisatawan juga membutuhkan tempat tinggal seperti rumah sewa dan penginapan.
Bhima Adhinegara selaku Executive Director Cellios menyatakan bahwa sektor properti masih menarik, walaupun tipenya mungkin berbeda, terutama dengan IKN.
Di wilayah IKN kemungkinan besar bisnis properti yang laku adalah rumah tapak atau landed house. Hal tersebut dilandasi oleh lahannya yang masih luas. Sedangkan di Jakarta lebih fokus ke bangunan vertikal.
Dalam konteks ini, bangunan vertikalnya ialah apartemen rusunawa. Selain dirancang sebagai pusat ekonomi, upaya Pemprov DKI Jakarta untuk merancangnya sebagai kota global juga mempengaruhi hal ini.
Sekali pun pusat pemerintahan berpindah, perputaran uang di Jakarta pun masih tinggi, yaitu 70%-an. Sumber perputaran uang tersebut adalah perusahaan swasta besar dan kantor pusat perusahaan multinasional.
Karena tidak ada pergeseran uang yang berarti, para pencari kerja bisa jadi juga semakin banyak mencari properti di Jakarta dan sekitarnya. Terlebih jika impian sebagai kota global itu terwujud, maka bisnis properti justru malah semakin berjaya.
Minat Masyarakat untuk Properti Diprediksi Meningkat
Wabah Covid-19 dahulu memberikan dampak terhadap perkembangan properti di Jakarta. Jika saat Covid masih berlangsung, bisnis properti di ibukota sempat lesu. Hal tersebut karena tren mencari perumahan di wilayah yang jauh dari pusat kota, mengingat pekerja bekerja dengan sistem WFH (Work from Home).
Namun saat tren bekerja di kantor kembali meningkat setelah new normal, pencarian hunian di dekat pusat kota dan dekat dengan transportasi umum malah semakin meningkat.
Masyarakat masih memiliki minat tinggi untuk membeli hunian di Jabodetabek karena wilayahnya yang ditopang oleh berbagai fasilitas dan akses ke mana saja.
Oleh karena itu, minat pembelian properti di sekitar sini masih terus meningkat. Khusus daerah Jakarta, lokasi properti populer pilihan masyarakat berada di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Untuk harganya rata-rata masih sangat tinggi.
Misalnya saja di Jakarta Selatan, di mana harga rata-rata rumah second dengan luas kurang 60 meter persegi saja sudah berada di angka Rp699 juta.
Khusus apartemen, permintaan terhadap hunian ini juga terus meningkat setiap kuartalnya. Di mana animo masyarakat lebih tinggi untuk apartemen daripada rumah biasa.
Khusus apartemen, Marine Novita, Country Manager Rumah.com menyatakan bahwa peminat tertingginya berada di Jakarta Selatan (38%), Jakarta Utara (20%), Jakarta Timur (19%), Jakarta Pusat (18%), dan Jakarta Barat (5%).
Karena hasil survei tersebut, Marine pun yakin bahwa bisnis properti akan terus berkembang pesat. Terlebih di 2024 pasti banyak peningkatan infrastruktur, mengingat pada masa inilah berlangsung tahun politik.
Jika para pebisnis properti jeli, maka hal ini malah akan memperbesar faktor keuntungan di bidang perumahan dan apartemen. Semakin menggeliat bisnis di Jakarta, maka permintaan properti otomatis juga semakin tinggi.
Oleh karena itu, sekali pun pemberitaan mengenai IKN akan terus mencuat seiring dekatnya penyelesaian proyek ini, para pengusaha properti tidak perlu cemas. Karena bisnis properti Jakarta tetap bisa berjalan seperti biasa atau malah makin meningkat.